Bersih Toiletku, Bersih Hatiku

Rabu, 20 Oktober 2010

Kamar mandi hampir selalu identik dengan nuansa kumuh dan menjijikkan. Hal itu berlaku juga bagi SMAN 3 Jombang atau yang akrab disebut SMAGA. SMAGA yang lekat dengan nuansa adiwiyata ternyata juga tidak lepas dari image kumuh kamar mandi. Hal ini bukan berarti bahwa sekolah yang menyandang gelar sebagai sekolah adiwiyata sampai pada tingkat provinsi tersebut tidak mengeluarkan aturan untuk menjaga kebersihan kamar mandi. Begitu banyak aturan untuk menjaga kebersihan kamar mandi yang ditempel berbagai sisi sekolah, begitu juga sering didengungkan agar semua warga sekolah selalu menjaga kebersihan kamar mandi. Namun kenyataannya, semua aturan dan peringatan itu hanya dianggap sebagai angin lalu. Setiap kamar mandi yang ada selalu kotor dan tampak kumuh. Bukan hanya tidak enak dipandang, dicium pun berbau tidak sedap. Bahkan meskipun kamar mandi itu telah dibersihkan, namun hanya selang beberapa hari kemudian, nuansa kotor dan kumuh itu kembali memenuhi isi kamar mandi.

Jika telah seperti ini, siapa yang akan dipersalahkan? Mungkin karena aturan-aturan yang telah dibuat tidak disertai dengan sanksi yang tegas. Atau mungkin karena aturan dan sanksi tegas yang telah dibuat justru dalam pelaksanaannya kurang dijalankan dengan tegas. Mungkin juga karena kesadaran untuk selalu menjaga kebersihan, termasuk kebersihan kamar mandi, kurang melekat pada diri masing-masing, sehingga meskipun telah begitu banyak aturan, namun tidak ada satu pun yang dapat membawa perubahan dan tetap saja berkali-kali kamar mandi akan kembali menjadi kotor dan kumuh dalam waktu singkat. Ketiganya memiliki kemungkinan yang sama besar. Namun sekarang siapa yang salah tidak begitu penting.

Yang penting saat ini adalah bagaimana untuk selalu menjaga kebersihan kamar mandi dan menciptakan image baru kamar mandi, yaitu kamar mandi yang selalu bersih dan terbebas dari aroma yang tidak sedap. Mungkin kelihatannya semua ini hanyalah hal yang kecil. Tapi jika mulai sekarang, kita besama-sama selalu berusaha menjaga kebersihan kamar mandi , maka kita pun yang akan menuai hasilnya. Kamar mandi yang bersih dan nyaman untuk kita.

Oleh: Zahrin Haznina Q.

Adiwiyata SMA Negeri 3 Jombang


SMAN 3 Jombang adalah sekolahku tercinta. Banyak pengalaman yang aku dapatkan di sekolahku ini. Yang paling digencar-gencar oleh sekolahku yaitu Sekolah yang mengusung tema Sekolah Adiwiyata.

Disini kami(seluruh Warga SMAN 3) melaksanakan program Sekolah Adiwiyata. Dimulai dari menjaga kebersihan kelas, taman, sampai lingkungan SMA 3 Jombang. Bahkan untuk Ulang Tahun SMA 3 Jombang yang ke-19, sengaja mengusung Tema Adiwiyata. Dari STAN yang dihiasi dedaunan kering, Kostum untuk jalan sehat yang menggunakan barang bekas, Pentas Seni yang bertema Nuansa Daerah, sampai blog ini yang bertemakan Adiwiyata.

SMA 3 Jombang memang sekolahku yang hebat... Orang-orang didalamnya memiliki ide-ide kreatif sebagaimana mestinya. Dari Kepala Sekolah, Wakasek, Guru-guru, dan Siswa-siwa yang mendukung Pelaksanaan Program Adiwiyata dalam Peringatan Ulang Tahun SMA 3 yang ke-19. Tentunya pelaksanaan acara yang terlihat ribet ini berhasil karena peranan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) yang senantiasa memberi pengarahan sampai acara ini berhasil.

Tujuan diselenggarakan acara Ulang Tahun SMA Negeri 3 Jombang yang bernuansa Adiwiyata ini adalah agar kita mengetahui keanekaragaman budaya, melestarikan keanekaragaman hayati, sampai menjaga kebersihan lingkungan sekitar

Oleh: Alfian Bagus Yudhianto

Di Balik Proses Pengolahan Sampah

Minggu, 17 Oktober 2010

Setiap harinya, setiap orang di dunia selalu menghasilkan sampah. Dengan jumlah penduduk dunia yang mencapai miliyaran jiwa lebih, maka jika dibiarkan sampah-sampah tersebut akan semakin menumpuk dan menggunung dengan cepat, hingga akhirnya seluruh belahan dunia pun menjadi lautan sampah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka sampah-sampah yang dihasilkan setiap harinya harus dihilangkan. Namun, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana menghilangkan sampah-sampah tersebut?



Selama ini untuk mengatasi penimbunan sampah yang terjadi, kita masih banyak melihat pembakaran sampah di pekarangan rumah tangga. Hal ini terjadi setiap harinya, dan seakan telah menjadi hal yang biasa. Dalam jangka waktu yang pendek, kelihatannya cara-cara ini lebih praktis dan lebih efisien dibandingkan harus menjalankan proses daur ulang yang panjang. Namun dalam jangka waktu panjang, cara-cara seperti ini sebenarnya jauh lebih merugikan bagi berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak. Asap yang dihasilkan dari pembakaran sampah tersebut dapat menyumbang polusi udara yang besar bagi bumi sehingga mengancam kelangsungan hidup makhluk hidup. Selain itu, zat-zat kimia beracun yang terkandung dalam asap (dioksin dan furan) dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan menyebabkan berbagai efek samping lainnya. Efek samping terhadap binatang di antaranya adalah perubahan sistem hormon, perubahan pertumbuhan janin, menurunkan kapasitas reproduksi, dan penekanan terhadap sistem kekebalan tubuh. Sementara efek sampingnya terhadap manusia adalah perubahan kode keturunan (marker) dari tingkat pertumbuhan awal dari hormon. Pada dosis yang lebih besar bisa mengakibatkan sakit kulit yang serius yang disebut `chloracne.'

Atas berbagai alasan di atas, beberapa orang sudah mulai meninggalkan kebiasaan membakar sampah. Mereka membiarkan sampah diangkut ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) dan berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Namun setelah sampah diangkut ke TPA, permasalahan masih belum berhenti. Selama ini mayoritas TPA mengolah sampah sesuai dengan jenis sampahnya. Untuk sampah nonorganik diolah dan didaur ulang kembali, sementara untuk sampah organik diproses melalui proses komposting selama 4-6 bulan untuk menjadi pupuk kompos yang baik. Dalam proses komposting, terdapat salah satu tahap di mana sampah organik yang telah diolah kemudian ditimbun dalam tanah untuk mengalami proses pembusukan menjadi kompos (land fill). Tahap tersebut ternyata menghasilkan gas metan yang dampaknya pada efek rumah kaca mencapai 3-4 kali gas karbondioksida. Hal ini menjadi sangat merugikan karena dapat menunjang semakin parahnya pemanasan global yang tengah melanda bumi ini.

Untuk mengatasi hal tersebut, manusia mulai mencari cara dengan menciptakan berbagai teknologi terapan. Salah satunya adalah dengan sistem pengolahan sampah terpadu. Dalam proses ini, komposting diaplikasikan melalui proses aerobik. Maksudnya, oksigen dialirkan melalui pipa-pipa ke dalam gundukan kompos. Aerasi paksa yang digunakan berguna mencegah terbentuknya gas metan yang dapat menyebabkan efek rumah kaca yang tinggi di land fill yang bersifat anaerobik. Hal ini dapat menjaga lingkungan menjadi lebih bersih. Fasilitasnya pun berbiaya rendah berkat teknologi terapan sederhana dan dapat menyerap banyak tenaga kerja. Resiko yang ditanggung juga menjadi lebih rendah dan mudah direplikasikan. Di samping itu, pengolahan sampah yang awalnya hanya mencapai 30 ton setiap harinya, sekarang dapat mencapai 60 ton, yang berarti polusi bau pada lingkungan sekitar menjadi jauh lebih berkurang.

Dalam kurun waktu ini, sistem pengolahan sampah terpadu memang seakan menjadi sistem yang mendekati sempurna dan penuh dengan berbagai keunggulan yang diharapkan. Namun tidak menuntut kemungkinan, beberapa tahun yang akan datang, akan ditemukan kelemahan-kelemahan pada sistem ini dan diciptakannya sistem pengolahan sampah baru yang lebih sempurna.

Oleh: Zahrin Haznina Q.